Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. Ia berisi kumpulan risalah yang Allah sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan malaikat Jibril.
Bagi seorang muslim, Al-Qur’an adalah cahaya yang menerangi alam dunia. Karena ia berisi petunjuk lengkap tentang bagaimana semestinya kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Apa saja yang boleh maupun tidak boleh kita lakukan dijelaskan di sana. Termasuk bagaimana solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi pun bisa kita temukan di dalamnya.
Orang-orang yang menerima Al-Qur’an sebagai risalah yang kemudian dijadikan pedoman di dalam hidupnya niscaya akan mendapatkan keselamatan. Merekalah orang-orang muslim. Orang-orang yang selamat dari adzab Allah di dunia serta pedihnya siksaan api neraka.
Namun tidak semua muslim kondisinya sama. Meskipun diberi petunjuk dan penjelasan yang sama lewat Al-Qur’an, masing-masing memiliki sikap yang berbeda dalam menanggapinya. Tergantung bagaimana tingkat keimanannya.
Secara garis besar, mereka dibagi ke dalam 3 golongan, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surah Fathir ayat 32.
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
Dari ayat di atas, Allah memberi penjelasan bahwa terdapat tiga tingkatan orang berdasarkan sikap mereka setelah menerima petunjuk dari Allah melalui KitabNya.
Adapun tiga tingkatan yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Orang-Orang yang Menganiaya Diri Mereka Sendiri
Golongan pertama ini adalah mereka yang menerima dan meyakini apa yang terdapat dalam Kitab yang Allah turunkan tersebut, namun masih lalai.
Mereka tahu apa saja perintah yang Allah wajibkan, namun masih merasa enggan serta malas-malasan untuk melaksanakannya. Mereka juga tahu apa saja yang Allah larang, namun godaan syaithan seringkali lebih mereka dengarkan.
Akan tetapi, meskipun berulang kali melakukan perbuatan dosa, Allah masih sayang kepada mereka. Jika mereka masih beriman sehingga kemudian bertaubat atas semua kesalahannya, Allah akan berikan ampunan serta tetap menjadikan mereka sebagai bagian dari orang-orang yang selamat.
2. Orang-Orang yang Pertengahan
Golongan kedua ini adalah orang-orang yang bersikap pertengahan dari ketiga golongan tersebut.
Mereka mampu menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, namun dalam beribadah hanya ala kadarnya.
Orang-orang yang berada dalam tingkatan ini mengetahui bahwa ada begitu banyak ibadah ataupun amal kebaikan yang bisa dikerjakan. Akan tetapi, hati mereka belum tergerak dengan kuat untuk bersegera dan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.
Sebagai contoh, ia mengetahui bahwa sedekah memiliki banyak sekali keutamaan. Namun ia masih sungkan untuk bersedekah dalam jumlah yang banyak. Alasannya bisa jadi karena takut nanti kekurangan harta, ataupun lebih memilih menggunakannya untuk kepuasan pribadi.
Baca Juga: Membumikan Shalat Dhuha Sebagai Panggilan Hati Tanpa Paksaan
3. Orang-Orang yang Berlomba dalam Kebaikan
Golongan ketiga adalah golongan yang paling mulia. Karena mereka telah menyikapi risalah Allah dengan cara yang sangat baik dan bijaksana.
Orang-orang yang berada dalam golongan ini adalah mereka yang bersegera mengerjakan apa saja yang Allah perintahkan.
Mereka tidak banyak mengeluarkan alasan untuk menundanya. Ketika perintah Allah itu telah diterima, mereka pun berlomba-lomba untuk mengerjakannya.
Merekalah orang-orang yang beruntung. Orang-orang yang dicintai dan disayangi oleh Allah Swt. Dan merekalah orang-orang yang akan senantiasa memperoleh kebahagiaan di dunia maupun kelak nanti di surga.