Di dalam Al qur’an telah dijelaskan bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian, itu ketentuan yang mutlak tak bisa diubah apapun alasannya.
Sudah menjadi hak Allah menciptakan dan mematikan manusia, menjadi rahasia kehidupan didunia.
Setiap diri manusia sudah ada catatan terkait rezeki, jodoh, maut bisa terjadi kapan saja waktunya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Tak bisa mundur pun juga dimajukan, manusia hanyalah manusia yang tugasnya didunia hanyalah beribadah kepada Allah tanpa terkecuali.
Selebihnya, aktivitas harian adalah sebagai menunggu kedatangan saatnya tiba, maka sebagai orang yang beriman sangat berhati-hati terhadap perilaku negatif.
Karena di akhirat semua perbuatan yang dilakukan selama didunia akan dimintai pertanggung jawaban atasnya.
Orang yang sadar akan kematian adalah orang yang bijak, orang yang lalai akan kematian adalah orang yang celaka
Kenapa disebut bijak karena seluruh hidupnya untuk Allah, ingat siapa yang menciptakan, yang memberi rezeki setiap hari, memberi kenikmatan hidup,
Maka dari itu selama dia didunia memberikan kebermanfaatan bagi keluarganya, membangun kelompok sosial mengajak kebaikan bersama, menciptakan karya-karya luar biasa agar nantinya bisa memberikan kenangan yang bermanfaat.
Amal jariyah didunia dia tanam untuk kepentingan akhirat, tidak lupa akan kehidupan setelahnya lebih kekal.
Didunia memang hanya berapa tahun saja sih? Itu bagi orang beriman yang berifikir.
Sebaliknya orang yang lalai akan kematian adalah orang celaka, kenapa celaka? Dia hidup hanya memikirkan tentang kesenangan dunia saja tanpa sedikitpun terbesit akan akhirat.
Baca juga : hati-hati apabila al quran dilupakan
Dia hidup ya biasa-biasa saja, hidup sekedar hidup. Tak jauh beda dengan hewan donk? Naudzubillah
Kita manusia diciptakan Allah dengan sebaik-baik ciptaan, maka seyogyanya menjadi manusia yang bersyukur, manusia yang tahu diri. Merenung…
Hidup pasti ada ujung, artinya apa meninggal dunia. Semua manusia mengharapkan diri meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Setiap hari menjadi bagian doa yang tak pernah tertinggal “husnul khatimah” Betul apa betul? Betul sekali.
Bayangan kalian husnul khatimah seperti apa? Meninggal dalam keadaan shalat, membaca al quran, waktu perkumpulan kajian, dan ibadah lainnya.
Coba bertanya kepada diri sendiri, apa tujuan kalian menginginkan husnul khatimah? Untuk siapa?
Tujuan mengharap Ridho Allah semata, semua karena Allah. Ikhlas semua kembali pada Allah. Malu jika diri ini kembali ke pangkuan_Nya dalam keadaan yang tidak manfaat.
Atau kah hanya ingin dipuji orang lain? Malu jika melakukan hal yang tidak manfaat.
Hati adalah pusat kehendak dari keikhlasan seseorang, maka berhati-hatilah dalam melaksanakan niat, termasuk pengharapan meninggal husnul khatimah.
Berbahagialah jika semua perbuatan yang kamu lakukan karena Allah, sebaliknya jika melaksanakan karena dipuji maka yang didapat “Su’ul Khatimah”
Baca juga : dirikanlah shalat, agar engkau selamat dunia dan akhirat
Jangan berbangga dulu meninggal dalam keadaan melaksanakan beberapa rangkaian ibadah.
Berikut contoh yang pengharapan meninggal yang salah :
1. Mati di Jalan Jihad
Yang ia lakukan adalah baik membela atas nama agama, namun kadang hati tak berbanding lurus dengan ucapan.
Apalagi kehendak ingin dipuji orang, berarti tidak ikhla, niat yang salah kaprah, sangat disayangkan apabila itu terjadi. Sungguh merugikan diri sendiri.
Maka berhati-hatilah dengan hati.
2. Sholat Tapi Riya’
Ini juga menjadi peringatan bagi diri sendiri, mencoba menata kembali hati ini condong hanya kepada Allah.
Jangan sampai melakukan yang tidak di Ridhoi Allah, sehingga akan berdampak ketika dipenghujung hidup kita.
Sholat adalah wujud bakti seorang hampa kepada penciptanya, maka jangan sampai ketika ibadah hati berpaling kepada yang lain.
Ingat, siapa tahu sholat tersebut menjadi jalan penghantar kita menuju Allah. Maka berhati-hatilah dengan hati.
3. Puasa Tapi Riya’
Ibadah puasa termasuk salah satu yang diperintahkan Allah kepada manusia, maka sebaiknya lakukan dengan hati yang ikhlas bukan karena Riya’.
Sangat disayangkan apabila seharian penuh menahan dahaga hanya ingin dipuji orang, sungguh tidak akan membawa keberkahan didalamnya.
Apalagi misal puasa dihari itu menjadi puasa terakhir kita, wahh… sangat bahaya sekali hati yang dipenuhi riya, maka yang didapat “Su’ul khatimah”.
Maka berhati-hatilah dengan hati.