Kamu pasti tau betul hiruk pikuk pemilu kemarin, selain melelahkan juga menyisakan duka yang mendalam bagi Indonesia.
Pasalnya jumlah korban dari petugas KPPS yang meninggal dan sakit sungguh mencapai angka yang luar biasa, total sebanyak 5.185 orang. Jumlah tersebut terbagi dari 583 meninggal, sedangkan sisanya 4.602 jatuh sakit.
Baru kali ini terjadi di pesta demokrasi, kejadian meninggal petugasnya yang mencapai angka tersebut.
Kita engga berbicara jumlah benda mati, tapi ini adalah nyawa manusia. Di mana bila membunuh satu manusia aja, sama dengan membunuh seluruh kemanusiaan.
Pernyataan KPU mengenai tragedi memilukan ini.
Seperti yang dilansir Republika.co.id pada 11 Mei 2019, Ilham Saputra (Komisioner KPU), menyatakan KPU masih menunggu hasil investasi dari Kemenkes mengenai apa yang menjadi penyebab dari meninggalnya para petugas KPPS.
Selain dari pihak Kementerian Kesehatan, investigasi juga banyak dilakukan dari berbagai pihak di luar KPU, termasuk Komnas HAM. Hal tersebut, dilakukan guna mencegah terjadinya anggapan bahwa kejadian meninggal petugas KPPS, merupakan bagian dari rekayasa.
Dalam pernyataannya yang lain KPU menolak tudingan bahwa lembaga tersebut tidak memperhatikan korban serta keluarga KPPS yang terkena musibah. KPU sudah memberikan santunannya bagi para korban sakit dan meninggal.
Menurut Ilham, kita tidak akan berhenti hanya di santunan saja, tapi lebih jauh lagi bahwa ini merupakan evaluasi bersama. Agar hal serupa tidak terjadi di pemilu-pemilu selanjutnya.
Baca Juga: Ini Dia, Alasan Pemindahan Ibu Kota Ke luar Pulau Jawa. Anies Baswedan Ikutan Berkomentar!
Kekhawatiran berbagai pihak mengenai kejadian luar biasa, banyak pertugas KPPS meninggal, dalam waktu berdekatan
Banyak pihak yang mengkhawatirkan ada sesuatu di balik kasus ini. Salah satunya adalah Dr. Ani Hasibuan, ahli syaraf, RSCM. Dalam acara Catatan Demokrasi kita, TV One, dia menyampaikan sudah melakukan investigasi secara mandiri pada beberapa petugas KPPS Yogyakarta.
Dia menyatakan selama 22 tahun menjadi dokter, belum pernah menemukan COD (Cause of Death) yang disebabkan kelelahan. Dokter Ani menggaris bawahi pernyataan ketua KPU Arief Budiman yang pernah menyatakan bahwa banyaknya petugas KPPS yang meninggal dan sakit karena kelelahan.
Menurut Dokter Ani, COD dari banyak kasus yang dia temukan berasal dari gejala penyakit lain yang memang sudah ada sebelumnya, dan semakin terpicu oleh aktivitas sebagai KPPS. Jadi, dia menolak anggapan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh kelelahan.
KPU Mempersilakan Adanya Investigasi Dari Pihak Luar
Tuntutan investigasi independen dari luar pemerintah (KPU) berdatangan dari berbagai pihak. Dari kubu oposisi, Direktorat Relawan Nasional Prabowo-Sandi, Mustofa Nahrawardaya menuntut diadakan otopsi. Fahri Hamzah juga secara tegas, menginginkan adanya penyelidikan karena merasa terdapat kejanggalan pada kasus meninggalnya para petugas KPPS tersebut.
Rocky Gerung dalam suatu acara televisi menyampaikan meminta penyelidikan dilakukan oleh pihak di luar pemerintahan. Karena beranggapan bahwa pemerintah sudah terlibat terlalu dalam di kejadian ini. Karena notabene, pemerintah saat ini juga menjadi pemain dalam pemilu 2019.
Tanggapan dari berbagai pihak khususnya kubu 02 tersebut ditanggapi Ilham Saputra dengan positif. Dia menyatakan silakan saja diadakan otopsi dengan catatan harus mengedepankan etika dengan menghargai pihak dari keluarga korban.
Pesta demokrasi tersebut sudah usai, tinggal menunggu final pada tanggal 22 Mei 2019. Namun masih banyak pertanyaan yang memang harus segera dijawab oleh para pihak terkait mengenai permasalahan ini.
Semoga saja kita sebagai bangsa bisa move on untuk semakin melangkah menjadi negara yang demokratis. Namun jangan sampai langkah kita ini sembari menyeret perkara tak terpecahkan yang bisa menjadi catatan kelam dibalik kemajuan bangsa ini.