Setelah melewati berbagai drama yang panjang dan melelahkan, akhirnya polemik pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemilu tahun ini berakhir ketika MK memutuskan untuk menolak gugatan yang dilayangkan oleh BPN Prabowo Sandi.
Dengan hasil final ini dipastikan bahwa Jokowi-Ma’ruf menjadi pemenang dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 dengan meraih suara sebesar 55,50%. Setelah mendapatkan hasil tersebut, maka Jokowi-Ma’ruf pun akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden oleh MPR pada bulan Oktober mendatang.
Menindaklanjuti hasil peroleh suara dalam pilpres kali ini, banyak yang bertanya-tanya ke mana arah partai pendukung Prabowo Sandi akan bermuara, apakah akan bergabung dalam pemerintahan Jokowi atau tetap menjadi pihak oposisi.
PKS Tetap Ingin Jadi Oposisi
Partai Keadilan Sejahtera yang selama ini menjadi pendukung pasangan capres-cawapres nomor urut dua kemungkinan akan tetap menjadi oposisi dalam pemerintahan Jokowi-Ma’ruf dalam lima tahun ke depan.
Mardani Ali Sera selaku ketua DPP PKS juga mengajak semua partai pendukung Prabowo-Sandi untuk tetap bersama sama menjadi pihak oposisi untuk menyeimbangkan pemerintah.
“Kita semua berharap sama seperti yang diharapkan Gerindra, partai pendukung seperti PAN, Demokrat dan Berkarya telah bersama sama bekerja keras selama 9 bulan terakhir dan membangun chemistry yang baik, kami berharap bahwa chemistry ini tetap berlanjut”, jelas Mardani di Gedung DPR, Jakarta Pusat.
Mardani juga menegaskan bahwa PKS ingin menjadi antitesa bagi pemerintahan Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin sehingga pemerintah tetap mendapatkan kritik yang membangun, PKS juga menginginkan untuk menjadi partai oposisi yang konstruktif.
Namun, Mardani mengaku tidak ingin melakukan intervensi terhadap partai pengusung Prabowo-Sandi lainnya apabila mereka tidak ingin menjadi pihak oposisi. PKS mengaku memanfaatkan ruang publik untuk mengajak dan mempengaruhi seluruh partai pengusung Prabowo Sandi untuk menjadi oposisi.
“Kita bicara di ruang publik, mari semua rekan partai koalisi 02 kita sudah bubar, meskipun begitu kita akan bertransformasi menjadi koalisi yang membangun negeri. Meskipun menjadi oposisi tapi pekerjaan itu tetap mulia”, tambah Mardani.
PKS memang masih belum resmi dalam mendeklarasikan diri mereka menjadi oposisi. Mereka masih menunggu musyawarah Majelis Syuro PKS. Meskipun begitu, secara pribadi Mardani tetap menginginkan PKS menjadi pihak oposisi yang kritis dan juga konstruktif. Menurutnya, pilihan tersebut ialah pilihan yang paling rasional dalam kondisi saat ini.
Baca Juga: MUI Mengapresiasi dan Mendoakan Para Capres dan Cawapres Usai Berkompetisi dalam Pemilu 2019
Gerindra: Oposisi Tidak Harus Berkoalisi
Senada dengan apa yang disampaikan oleh PKS, Gerindra juga melihat bahwa partainya lebih condong untuk menjadi pihak oposisi pemerintah. Namun, Gerindra juga tidak memaksa partai pengusung Prabowo-Sandi lainnya apabila tidak ingin menjadi partai oposisi.
Gerindra tidak keberatan apabila memang menjadi satu satunya partai oposisi pemerintah. Menurut Gerindra pihak oposisi tidak harus berkoalisi.
Anggota Dewan Penasihat Gerindra, Muhammad Syafi’i menjelaskan bahwa pihak oposisi akan bekerja sendiri dan tidak mengajak partai lain.
“Gerindra akan beroposisi sendiri, PKS dan PAN jika nantinya mereka memutuskan untuk menjadi pihak oposisi ya mereka juga sendiri. Kita hanya punya posisi yang sama”, jelas Muhammad Syafi’i.
Gerindra tidak pernah mengajak partai pendukung 02 untuk menjadi oposisi, karena partai memiliki hak masing-masing untuk menentukan posisi mereka dalam pemerintahan. Tidak ada pemaksaan dan itu semua murni kebijakan partai.
Seperti yang diketahui, pada pemilihan presiden 2019 lalu Prabowo-Sandi mendapat dukungan dari partai pendukung yakni Gerindra, Demokrat, PKS, Pan dan Partai Berkarya. Sementara pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin mendapat dukungan dari partai koalisi PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura, Perindo, PPP, PKB, PSI dan PKP.